Merindukan Cinta Pertama

Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar
Laa ilaaha illallahu allahu akbar.. 
Allahu akbar wa lillaa hilhamd

Gema takbir dan petasan kala itu menjadi momen yang tak membahagiakan bagiku. Bagaimana tidak, kala itu kesedihan masih terngiang erat di pelupuk mata dan hatiku.

***

Kala itu, usiaku masih terbilang belia. 
Sedang asyik-asyiknya bermain dengan teman sebaya.
Namun tiba-tiba, suara tangisan terdengar dengan kerasnya,
Menghentikan permainan yang sedang asyik kulakukan..

Saat itu aku masih belum mengerti mengapa banyak orang berkerumun
Menutupi jasad seseorang yang begitu tak asing bagiku
Benar, kala itu aku masih belum paham mengapa orang-orang menagis.
Hingga seseorang dengan tangan lembutnya membisikkan “ayahmu sudah tak ada lagi”

Ah gemuruh di dada dan mataku baru saja berkumpul 
Seakan tak percaya secepat itu dia tiada
Hingga tak terasa jeritan itu terdengar jua 
Iya, dari mulutku..
tak dapat kuungkapkan betapa sedihnya aku kala itu
sambil bercucuran air mata, sesegukan untuk beberapa lama.

Lalu beberapa kawan bermainku menghampiri
Mengajakku bermain lagi
Agar aku lupa dengan kesedihanku

***

Kini, belasan Ramadan telah kulalui tanpanya.
Yang berarti, belasan tahun jua gema takbir tak kulalui dengannya.
Meski begitu, masih terngiang kejadian bulan Ramadanku kala itu 
Yang ternyata menjadi Ramadan terakhirnya membersamaiku..
waktu memang begitu cepat berlalu 
Namun tidak dengan rindu.
Benar. Rindu memang curang, selalu bertambah tapi tak pernah berkurang 

Sungguh, adakalanya rindu ini menjadi belenggu
Menorehkan sebuah sendu yang keliru
Menghadirkan angan dengan segala harapan semu

Tak jarang jiwa ini menginginkan sebuah pertemuan
Sesederhana ketika meminta uang, atau saat membuatkan secangkir kopi 
Iya, seperti kebanyakan dilakukan seorang anak perawan.
Sungguh, sebuah kehaluan yang tak dapat direalisasikan.

Aku sadar, kehadirannya sudah tak lagi nyata.
Namun bukan berarti selalu menggoreskan luka
Karena hidup harus berjalan sebagaimana mestinya

Benar, hidup harus terus berjalan
Meski semua tak seperti apa yang diinginkan
Namun masih banyak nikmat yang harus disyukuri 
Seperti rindu ini, yang terus membersamai 
Bahkan, rindu padanya juga nikmat yang mesti disadari
Karena tak semua orang dapat menikmati.

Cinta pertama seorang anak gadis yang hanya dapat dicumbu dengan doa, juga ialah sebuah karunia-Nya. 
Karena dengan demikian, lantunan doa-doa terus ku  panjatkan
Niscaya Allah ridho mempertemkanku dengannya di surga kelak..
Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu’anhu. 

---
Penulis: Siti Fatimah

Comments

Popular Posts